ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK
DENGAN HIDROSEFALUS
DENGAN HIDROSEFALUS
I. Defenisi
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intrakranial. 3 (Tiga) bentuk umum hydrocephalus :
a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
c. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
II. Fisiologi Cairan Cerebro Spinalis
a. Pembentukan CSF
Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam.
Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA;
1). Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar)
2). Parenchym otak
3). Arachnoid
b. Sirkulasi CSF
Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya. CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV. Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna. Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri.
Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.
III. Patofisiologi
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.
IV. Etiologi dan Patologi
Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating (Internal Hidricephalus)
Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV yang diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak dapat bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III membesar dan terjadi kenaikan ICP.
Type lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal Hidrocephalus) dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini mungkin disebabkan karena kesalahan absorbsi cairan oleh sirkulasi vena. Type hidrocephalus terlihat bersama – sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.
V. Tanda dan Gejala
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
VI. Diagnosis
CT Scan
§ Sistenogram radioisotop dengan scan .
VII. Perlakuan
Prosedur§ pembedahan jalan pintas (ventrikulojugular, ventrikuloperitoneal) shunt
§ Kedua prosedur diatas membutuhkan katheter yang dimasukan kedalam ventrikel lateral : kemudian catheter tersebut dimasukan kedalasm ujung terminal tube pada vena jugular atau peritonium diaman akan terjadi absorbsi kelebihan CSF.
VIII. Penatalaksanaan Perawatan Khusus
Hal – hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post – operatif dan penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
1) Post – Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.
3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh);gejala dan tanda yang teramati dapat berupa peningkatan ICP.
Hidrocephalus pada Anak atau Bayi
Pembagian :
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) ;
1. Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital denga di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya..
Penyebab sumbatan ;
Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak – anak ;
1. Kelainan kongenital
2. Infeksi di sebabkan oleh perlengketan meningen akibat infeksi dapat terjadi pelebaran ventrikel pada masa akut ( misal ; Meningitis )
3. Neoplasma
4. Perdarahan , misalnya perdarahan otak sebelum atau sesudah lahir.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu :
1. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
2. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Manifestasi klinis
1. Bayi ;
- Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
- Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
- Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial;
• Muntah
• Gelisah
• Menangis dengan suara ringgi
• Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
- Peningkatan tonus otot ekstrimitas
- Tanda – tanda fisik lainnya ;
• Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas.
• Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah – olah di atas iris.
• Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
• Strabismus, nystagmus, atropi optik.
• Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2. Anak yang telah menutup suturanya ;
Tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun.
- Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil.
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Anak dapat melioha keatas atau tidak.§
Pembesaran§ kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat§ jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.§
§ Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.§
Gerakan bola mata.§
Luas§ lapang pandang
Konvergensi.§
Didapatkan hasil : alis mata dan§ bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus,§ atropi optic.
1.3 Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.§
§ Penurunan nadi / Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.§
1.4 Diagnosa Klinis :
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan§ tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “§ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)
Opthalmoscopy : Edema Pupil.§
CT§ Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.
Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang§ intra cranial.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
§ Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien§
Ajarkan tekhnik§ relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik§
§ Persapiapan operasi
2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
Dorong§ orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
§ Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
§ Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
§ Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
Monitor Intake dan out put§
§ Berikan therapi cairan secara intavena.
Atur jadwal pemberian§ cairan dan tetesan infus.
Monitor tanda – tanda vital.§
2.2 Post – Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
Beri kapas§ secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
Aspirasi shunt (Posisi semi§ fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi dengan tim§ medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
Berikan posisi yang§ nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Observasi§ tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat)
Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya§
2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
Berikan makanan lunak tinggi§ kalori tinggi protein.
Berikan klien makan dengan posisi semi§ fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
Ciptakan suasana§ lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
§ Monitor therapi secara intravena.
Timbang berta badan bila§ mungkin.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)§
Berikan§ makanan ringan diantara waktu makan
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
§ Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
Pertahankan tekhnik§ kesterilan dalam prosedur perawatan
Cegah terhadap terjadi gangguan§ suhu tubuh.
Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan§ ekspirasi shunt.
4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
§ Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
1.1 Anamnese
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Anak dapat melioha keatas atau tidak.§
Pembesaran§ kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat§ jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.§
§ Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.§
Gerakan bola mata.§
Luas§ lapang pandang
Konvergensi.§
Didapatkan hasil : alis mata dan§ bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus,§ atropi optic.
1.3 Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.§
§ Penurunan nadi / Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.§
1.4 Diagnosa Klinis :
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan§ tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “§ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign)
Opthalmoscopy : Edema Pupil.§
CT§ Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.
Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang§ intra cranial.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
§ Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien§
Ajarkan tekhnik§ relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik§
§ Persapiapan operasi
2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
Dorong§ orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
§ Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
§ Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan benar dan sejujurnya serta hindari kesalahpahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
§ Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
Monitor Intake dan out put§
§ Berikan therapi cairan secara intavena.
Atur jadwal pemberian§ cairan dan tetesan infus.
Monitor tanda – tanda vital.§
2.2 Post – Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
Beri kapas§ secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
Aspirasi shunt (Posisi semi§ fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi dengan tim§ medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
Berikan posisi yang§ nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Observasi§ tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin, berkeringat)
Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya§
2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
Berikan makanan lunak tinggi§ kalori tinggi protein.
Berikan klien makan dengan posisi semi§ fowler dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
Ciptakan suasana§ lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak enak.
§ Monitor therapi secara intravena.
Timbang berta badan bila§ mungkin.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)§
Berikan§ makanan ringan diantara waktu makan
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
§ Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
Pertahankan tekhnik§ kesterilan dalam prosedur perawatan
Cegah terhadap terjadi gangguan§ suhu tubuh.
Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan§ ekspirasi shunt.
4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
§ Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
- Defenisi
Spina Bifida
(Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra),
yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau
gagal terbentuk secara utuh. Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat
masa embrio.
- Etiologi
Penyebab yang
pasti tidak diketahui, tetapi diduga akibat :
· Genetik
· Kekurangan asam folat dalam masa
kehamilan
· Ibu dengan epilepsi yang menderita
panas tinggi dalam kehamilannya dan mengkonsumsi obat asam valproic
- Patofisiologi
Penonjolan dari korda spinalis dan akar
saraf
|
|
Orang tua menjadi Kelumpuhan/kelemahan Ketidakmampuan
mengontrol
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Kurang pengetahuan
- Manifestasi
Klinik
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
· Spina bifida okulta (tersembunyi) :
bila kelainan hanya sedikit, hanya ditandai oleh bintik, tanda lahir merah anggur,
atau ditumbuhi rambut dan bila medula spinalis dan meningens normal.
· Meningokel : bila kelainan tersebut
besar, meningen mungkin keluar melalui medula spinalis, membentuk kantung yang
dipenuhi dengan CSF. Anak tidak mengalami paralise dan mampu untuk
mengembangkan kontrol kandung kemih dan usus. Terdapat kemungkinan terjadinya
infeksi bila kantung tersebut robek dan kelainan ini adalah masalah kosmetik
sehingga harus dioperasi.
· Mielomeningokel : jenis spina bifida
yang paling berat, dimana sebagian dari medula spinalis turun ke dalam
meningokel.Gejalanya berupa:
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai
bawah pada bayi baru lahir
2. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
3. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
4. Penurunan sensasi
5. Inkontinensia urin maupun inkontinensia tinja
6. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi
(meningitis)
- Pemeriksaan
Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan fisik.Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani
pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan
untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang
mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein
yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida.Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah
bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
- Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
- USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra
- CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
- Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
- USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra
- CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
- Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan
untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan
bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar
pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati
atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan
antibiotik..
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal
(otot dan kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang)
maupun terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan
luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
Kadang pembedahan shunting untuk
memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya mielomeningokel secara
spontan .
KONSEP KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Pengumpulan
Data
· Orang tua klien mengungkapkan cemas
· Orang tua klien meminta informasi
tentang tindakan yang dilakukan
· Orang tua klien sering bertanya tentang
penyakit anaknya
· Orang tua tampak gelisah
· Klien tidak dapat mengerakkan kakinya
· Tampak penonjolan seperti kantung di
punggung tengah klien
· Orang tua klien mengeluh anaknya terus
berkemih dalam jumlah besar
· Enuresis
· Diurnal
· Nokturnal
- Klasifikasi
Data
Data Subyektif
|
Data Obyektif
|
· Orang tua klien mengungkapkan cemas
· Orang tua klien mengeluh anaknya terus berkemih dalam
jumlah besar
|
· Enuresis
· Diurnal
· Nokturnal
· Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang
dilakukan
· Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit
anaknya
· Orang tua tampak gelisah
· Klien tidak dapat mengerakkan kakinya
· Tampak penonjolan seperti kantung di punggung tengah
klien
|
- Analisa
Data
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
|||||||||
1
|
DS :
· Orang tua klien mengeluh anaknya terus berkemih dalam
jumlah besar
DO :
· Enuresis
· Diurnal
· Nokturnal
|
Penonjolan dari korda spinalis dan akar saraf
Penurunan/gangguan fungsi pada bagian tubuh yang
dipersarafi
Ketidakmampuan mengontrol pola berkemih
Inkontinensia Urin
|
Inkontinensia Urin
|
|||||||||
2
|
DS :
· Klien mengungkapkan cemas
DO :
· Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang
dilakukan
· Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit
anaknya
· Orang tua tampak gelisah
|
Penurunan/gangguan fungsi pada bagian tubuh yang
dipersarafi
Orangtua cemas
Kurang terpajan informasi
Kurang Pengetahuan
|
Kurang Pengetahuan
|
|||||||||
3
|
DS : -
DO : -
|
Penurunan/gangguan fungsi pada bagian tubuh yang
dipersarafi
Kelumpuhan/kelemahan pada ekstremitas bawah
Immobilisasi
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
|
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
|
- Diagnosa
Keperawatan
- Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol keinginan berkemih, yang ditandai dengan :
DS :
· Orang tua klien
mengeluh anaknya terus berkemih dalam jumlah besar
DO :
· Enuresis
· Diurnal
· Nokturnal
- Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit
dan penanganan penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan
informasi, yang ditandai dengan :
DS :
· Klien mengungkapkan
cemas
DO :
· Orang tua klien
meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan
· Orang tua klien
sering bertanya tentang penyakit anaknya
· Orang tua
tampak gelisah
- Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan immobilisasi.
- Intervensi
Keperawatan
1. Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol keinginan berkemih
Tujuan:
Inkontinensia urin dapat
berkurang/teratasi dengan kriteria:
· Enuresis, diurnal dan nokturnal
berkurang/tidak ada
· Klien berkemih dalam jumlah dan
frekuensi yang normal
Intervensi:
1. Kaji pola berkemih dan tingkat inkontinensia klien
Rasional :
Sebagai data
dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Berikan perawatan pada kulit klien yang basah karena urin
(dilap dengan air hangat kemudian dilap kering dan diberi bedak)
Rasional :
Perawatan yang
baik dapat mencegah iritasi pada kulit klien
3. Anjurkan ibu klien untuk sering memeriksa popok klien,
jika basah segera diganti
Rasional :
Popok yang
selalu basah dapat menimbulkan iritasi dan lecet pada kulit
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
(misalnya: Antikolinergik)
Rasional :
Obat
antikolinergik diperlukan untuk menghilangkan kontraksi kandung kemih tak
terhambat
2. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan
penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Tujuan:
Orang tua klien
dapat memahami proses penyakit dan prosedur penanganan penyakit anaknya,dengan
kriteria:
· Orang tua klien tampak tenang
· Orang tua klien dapat menjelaskan proses
penyakit dan prosedur penanganan penyakit anaknya
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses
penyakit dan penanganan penyakit anaknya
Rasional :
Sebagai data
dasar dalam emnentukan intervensi selanjutnya
2. Berikan kesempatan kepada orang tua klien untuk bertanya
Rasional :
Memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaannya dan mengetahui pemahaman orang tua klien tentang penyakit anaknya
Memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaannya dan mengetahui pemahaman orang tua klien tentang penyakit anaknya
3. Jelaskan dengan baik kepada orang tua tentang proses
penyakit dan prosedur penanganannya
Rasional :
Menigkatkan
pemahaman orang tua klien tentang penyakitnya anaknya
4. Berikan dukungan positif kepada orang tua klien
Rasional :
Dukungan yang
positif dapat memberikan semangat kepada orang tua untuk menerima penyakit
anaknya dan membantu proses perawatan.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan immobilisasi
Tujuan:
Kerusakan
integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria:
· Kulit tampak halus dan lembut
· Tidak ada iritasi/lecet, dekubitus
Intervensi:
1. Kaji tingkat keterbatasan gerak (immobilisasi) klien
Rasional :
Sebagai data
dasar untuk intervensi selanjutnya
2. Rubah posisi klien setiap dua jam
Rasional :
Penekanan yang
lama pada salah satu bagian tubuh dapat menyebabkan terjadinya dekubitus
3. Jaga pakaian dan linen tetap kering
Rasional :
Pakaian dan linen yang basah dapat
mengiritasi kulit
4. Ajarkan pada orang tua klien untuk memassage daerah yang
tertekan, gunakan lotion
Rasional :
Memperlancar peredaran darah,
meningkatkan relaksasi dan mencegah iritasi
SPINA BIFIDA
Kasus
Bayi Ny. V lahir dengan
kelainan tulang belakang, dokter mengatakan bayi menderita spina bifida.
Definisi
Spina Bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang
terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh. (http://www.medicastore.com/)
Spina bifida adalah gagal menutupnya
columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini berhubugan dengan
herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.
Gangguan fusi tuba neural terjadi
sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui
dengan jelas.
Beberapa hipotesis terjadinya spina
bifida antara lain adalah :
- Terhentinya proses pembentukan
tuba neural karena penyebab tertentu
- Adanya tekanan yang berlebih
dikanalis sentralis yang baru terbentuk sehingga menyebabkan ruptur
permukaan tuba neural
- Adanya kerusakan pada dinding
tuba neural yang baru terbentuk karena suatu penyebab.
( Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak,
A.H. Markum:2002)
Penyebab
Resiko melahirkan anak dengan spina
bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi
pada awal kehamilan. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita
spina bifida (diagnosa banding) :
-
Hidrocephalus
-
Siringomielia
-
Dislokasi pinggul
Beberapa jenis spina bifida :
- Okulta : merupakan spina bifida
yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara
normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
Gejalanya :
-
Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
-
Lekukan pada daerah sakrum
- Meningokel : meningens menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari
cairan dibawah kulit.
- menonjolnya meninges
- sumsum tulang belakang
- cairan serebrospinal
- Mielokel : jenis spina bifida
yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya
tampak kasar da merah.
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung
kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan saraf yang terkena. Gejalanya
berupa:
-
Penonjolan seperti kantung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
-
Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
-
Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
-
Penurunan sensasi
-
Inkontinensia urine, maupun inkontinensia tinja
-
Korda spinalis yang terkena, rentan terhadap infeksi (meningitis).
Komplikasi
Terjadi pada salahsatu syaraf yang
terkena dengan menimbulkan suatu kerusakan pada syaraf spinal cord, dengan itu
dapat menimbulkan suatu komplikasi tergantung pada syaraf yang rusak.
Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trisemester
pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah
tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris)
pecah kembali. (Media Aesculapius. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3
Jilid 2. 2000. Jakarta: MA.)
Hidrosefalus seringsepalus empuan 3
kali lebih dominan. pusatsi i foramen Luschkahasilkan peningkatan tekanan dan
dilatasi dari aliran proksikali dihubungkan dengan Mielomeningokel yang
seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang masih tersisa
terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis, sitomegalovirus),
perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan meningoensepalitis neonatal
(bakteri atau virus).
Pengobatan
Tujuan dari pengobatan awal adalah:
-
Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida
-
Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
- Pembedahan dilakukan untuk
menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan
ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai
spina bifida.
- Terapi fisik dilakukan agar
pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot.
- Untuk mengobati atau mencegah
meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan
antibiotik.
- Untuk membantu memperlancar
aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih.
- Diet kaya serat dan program
pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran
pencernaan.
Pencegahan
- Resiko terjadinya spina bifida
bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
- Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut hamil,
karena kelainan ini terjadi sangat dini.
- Pada wanita hamil
dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan
asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Pemeriksaan
Diagnostik
-
USG : Untuk mengetahui apakah ada kelainan spina bifida pada bayi yang
dikandung adalah melalui pemeriksaan USG. Hal itu dapat diketahui ketika usia
bayi 20 minggu.
-
Pemeriksaan darah pada ibu
Dengan teknik AFP : hanya
membutuhkan sedikit sampel darah dari lengan ibu dan tidak beresiko terhadap
janin. Bila hasil skrining positif biasanya diperlukan test lanjutan untuk memastikan
adanya kelainan genetik pada janin yang lahir kelak menderita cacat.
-
Pemeriksaan air ketuban ibu
Faktor
yang mempengaruhi tumbuh kembang
- Faktor genetik
Faktor genetik merupakan dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan,
derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik adalah sebagai faktor
bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa,. Potensi genetik
yang bermutu jika berinteraksi dengan lingkungan secara positif akan dicapai
hasil akhir yang optimal
Faktor herediter, sebagai faktor
yang sudah dipastikan.
75% dari faktor keturunan resesif
dan 25% bersifat dominan.
ü Mutasi gen.
ü Kelainan kromosom
- Faktor lingkungan
- Lingkungan merupakan
faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang baik memungkinkan potensi bawaan tercapai, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “
bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari
konsepsi sampai akhir hayat, antara lain :
ü Faktor usia ibu
ü Obat-obatan.
Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
ü Nutrisi
ü Penyakit : infeksi Sifilis,
virus rubella
ü Radiasi
ü Stres emosional
ü Trauma (trimester pertama)
- Faktor psikososial : Respon
orang tua terhadap bayi/anak :
ü Rasa bersalah
ü Kemampuan membuat keputusan
tentang pengobatan/ tindakan segera
ü Kemampuan untuk
berkomunikasi dengan yang lain
Pertumbuhan
dan Perkembangan selama masa bayi :
Fisik
|
Motorik
kasar
|
Motorik
halus
|
-
Penambahan berat badan 150 sampai 210 gr setiap minggu selama 6 bulan
pertama.
-
Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama 6 bulan pertama.
-
Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan selama 6 bulan pertama.
-
Ada refleks primitif dan kuat
-
Refleks mata boneka dan refleks dansa menghilang.
-
Pernafasan hidung harus terjadi.
|
-
Memilih posisi fleksi dengan felvis tinggi tetapi lutut tidak dibawah abdomen
bila telengkup.
-
Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila telengkup.
-
Mengalami head lag yang nyata, khususnya bila menarik kepala dari posisi
berbaring ke posisi duduk.
-
Menahan kepala sebentar secara faralel dan dlam garis tengah dan tertahan
dlam posisi telengkup.
-
Menunjukan refleks leher tonik asimetris bila telentang
-
Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh lemas pada lutut dan panggul
|
-
Tangan tertutup secara umum.
-
Refleks menggenggam kuat.
-
Tangan mengatup pada kontak dengan mainan.
|
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian keperawatan
-
Riwayat prenatal
-
Riwayat keluarga dengan defek spinal cord
-
Pemeriksaan fisik :
ü Adanya myelomeningocele sejak
lahir
ü Peningkatan lingkar kepala
ü Hipoplasi ekstremitas bagian
bawah
ü Kontraktur/ dislokasi sendi
ü Adanya inkontinensia urin
dan feses
ü Respon terhadap stimulasi
ü Kebocoran cairan
cerebrospinal
Diagosa keperawatan :
- Risiko tinggi infeksi b.d
spinal malformation, luka operasi dan shunt
Ganguan perfusi jaringan serebral
b.d peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan :
- Anak bebas dari infeksi
- Anak menunjukan respon
neurologik yang normal
Kriteria hasil :
-
Suhu dan TTV normal
-
Luka operasi, insisi bersih
Intervensi
|
Rasional
|
-
Monitor tanda-tanda vital. Observasi tanda infeksi : perubahan suhu, warna
kulit, malas minum , irritability, perubahan warna pada myelomeingocele.
-
Ukur lingkar kepala setiap 1 minggu sekali, observasi fontanel dari cembung
dan palpasi sutura kranial
-
Ubah posisi kepala setiap 3 jam untuk mencegah dekubitus
-
Observasi tanda-tanda infeksi dan obstruksi jika terpasang shunt, lakukan
perawatan luka pada shunt dan upayakan agar shunt tidak tertekan
|
Untuk melihat tanda-tanda
terjadinya resiko infeksi
Untuk
melihat dan mencegah terjadinya TIK dan hidrosepalus
Untuk
mencegah terjadinya luka infeksi pada kepala (dekubitus)
Menghindari
terjadinya luka infeksi dan trauma terhadap pemasangan shunt
|
- Berduka b.d kelahiran anak
dengan spinal malformation
Tujuan :
Orangtua dapat menerima anaknya
sebagai bagian dari keluarga
Kriteria hasil :
-
Orangtua mendemonstrasikan menerima anaknya dengan menggendong, memberi minum, dan
ada kontak mata dengan anaknya
-
Orangtua membuat keputusan tentang pengobatan
-
Orangtua dapat beradaptasi dengan perawatan dan pengobatan anaknya
Intervensi
|
Rasional
|
-
Dorong orangtua mengekspresikan perasaannya dan perhatiannya terhadap
bayinya, diskusikan perasaan yang berhubungan dengan pengobatan anaknya
-
Bantu orangtua mengidentifikasi aspek normal dari bayinya terhadap pengobatan
-
Berikan support orangtua untuk membuat keputusan tentang pengobatan pada
anaknya
|
Untuk meminimalkan rasa bersalah
dan saling menyalahkan
Memberikan
stimulasi terhadap orangtua untuk mendapatkan keadaan bayinya yang lebih baik
Memberikan
arahan/suport terhadap orangtua untuk lebih mengetahui keadaan selanjutnya
yang lebih baik terhadap bayi
|
- Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b.d kebutuhan positioning, defisit stimulasi dan perpisahan
Tujuan :
Anak mendapat stimulasi perkembangan
Kriteria hasil :
-
Bayi / anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan
-
Bayi / anak tidak menangis berlebihan
-
Orangtua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk bayi / anaknya
Intervensi
|
Rasional
|
-
Ajarkan orangtua cara merawat bayinya
dengan
memberikan terapi pemijatan bayi
-
Posisikan bayi prone atau miring kesalahasatu sisi
-
Lakukan stimulasi taktil/pemijatan saat melakukan perawatan kulit
|
Agar orangtua dapat mandiri dan
menerima segala sesuatu yang sudah terjadi
Untuk
mencegah terjadinya luka infeksi dan tekanan terhadap luka
Untuk
mencegah terjadinya luka memar dan infeksi yang melebar disekitar luka
|
- Risiko tinggi trauma b.d lesi
spinal
Tujuan :
Pasien tidak mengalami trauma pada
sisi bedah/lesi spinal
Kriteria Hasil:
-
Kantung meningeal tetap utuh
-
Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma
Intervensi
|
Rasional
|
Rawat bayi dengan cermat
Tempatkan
bayi pada posisi telungkup atau miring
Gunakan
alat pelindung di sekitar kantung ( mis : slimut plastik bedah)
Modifikasi
aktifitas keperawatan rutin (mis : memberi makan, member kenyamanan)
|
Untuk mencegah kerusakan pada
kantung meningeal atau sisi pembedahan
Untuk
meminimalkan tegangan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan
Untuk
memberi lapisan pelindung agar tidak terjadi iritasi serta infeksi
Mencegah
terjadinya trauma
|
- Resiko tinggi cedera b.d
peningkatan intra kranial (TIK)
Tujuan : pasien tidak mengalami
peningkatan tekanan intrakranial
Kriteria Hasil : anak
tidak menunjukan bukti-bukti peningkatan TIK
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi dengan cermat adanya
tanda-tanda peningkatan TIK
Lakukan
pengkajian Neurologis dasar pada praoperasi
Hindari
sedasi
Ajari
keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberitahu
|
Untuk mencegah keterlambatan
tindakan
Sebagai
pedoman untuk pengkajian pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
Karena
tingat kesadaran adalah pirau penting dari peningkatan TIK
Praktisi
kesehatan untuk mencegah keterlambatan tindakan
|
- Risiko tinggi kerusakan
integritas kulit dan eleminasi urin b.d paralisis, penetesan urin yang
kontinu dan feses
Tujuan :
pasien tidak mengalami iritasi kulit
dan gangguan eleminasi urin
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa
bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Jaga agar area perineal tetap
bersih dan kering dan tempatkan anak pada permukaan pengurang tekanan.
Masase
kulit dengan perlahan selama pembersihan dan pemberian lotion.
Berikan
terapi stimulant pada bayi
|
Untuk
mengrangi tekanan pada lutut dan pergelangan kaki selama posisi telengkup
Untuk
meningkatkan sirkulasi.
Untuk
memberikan kelancaran eleminasi
|
Daftar Pustaka
Markum A.H. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak, Jakarta : EGC, 2002.
Media Aesculapius. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: MA, 2000.
Whaley’s and Wong. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Edis 4. Jakarta : EGC, 2003.
spina bifida (sumbing tulang belakang,
yaitu celah pada tulang belakang karena beberapa ruas tulang gagal bertaut)
serta ensefalosel (burut otak). Spina bifida menyebabkan cacat bawaan berupa
kelumpuhan, kehilangan kontrol buang air kecil maupun buang air besar serta
pelbagai gangguan belajar. Kekurangan asam folat pada wanita hamil juga berisiko
terjadinya gangguan jantung, bibir sumbing, cacat saluran kemih pada janin.
Faktor risiko NTD antara lain genetik, lingkungan, riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga terjadi kekurangan gizi, paparan panas, wanita diabetes yang tergantung insulin, wanita yang minum obat antiepilepsi (valporic acid, carbamazapine), juga wanita yang minum obat yang bersifat antagonis asam folat (amniopterin, methotrexate).
Asam folat juga berfungsi sebagai koenzim untuk produksi DNA dan RNA, meningkatkan replikasi sel, menurunkan kadar homosistin darah sehingga mencegah gangguan jantung, mencegah kanker, sebagai antidepresi dan meningkatkan suasana hati.
Defisiensi asam folat berakibat rambut beruban dini, anemia, letih, kurang semangat, sulit tidur (insomnia), mudah lupa, serta depresi. Kadar asam folat rendah ditemukan pada sepertiga pasien psikiatri serta kasus depresi pada usia lanjut. Kadang-kadang, gangguan mental disebabkan oleh asupan gizi kurang. Respons pasien terhadap obat psikotropik (antidepresi) membaik setelah kadar folat ditingkatkan. (T-1)
Faktor risiko NTD antara lain genetik, lingkungan, riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah sehingga terjadi kekurangan gizi, paparan panas, wanita diabetes yang tergantung insulin, wanita yang minum obat antiepilepsi (valporic acid, carbamazapine), juga wanita yang minum obat yang bersifat antagonis asam folat (amniopterin, methotrexate).
Asam folat juga berfungsi sebagai koenzim untuk produksi DNA dan RNA, meningkatkan replikasi sel, menurunkan kadar homosistin darah sehingga mencegah gangguan jantung, mencegah kanker, sebagai antidepresi dan meningkatkan suasana hati.
Defisiensi asam folat berakibat rambut beruban dini, anemia, letih, kurang semangat, sulit tidur (insomnia), mudah lupa, serta depresi. Kadar asam folat rendah ditemukan pada sepertiga pasien psikiatri serta kasus depresi pada usia lanjut. Kadang-kadang, gangguan mental disebabkan oleh asupan gizi kurang. Respons pasien terhadap obat psikotropik (antidepresi) membaik setelah kadar folat ditingkatkan. (T-1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar