askep kep. gerontik dengan hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Definisi sehat menurut WHO
adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan.
Hipertensi didefinisikan oleh joint national committee
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari140/90 mmhg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya.
Menua secara fisiologis di
tandai dengan semakin menghilangnya fungsi dari banyak organ tubuh, perubahan
tubuh pada manusia terjadi sejalan dengan makin meningkatnya usia, perubahan
ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh. Pada sistem kardiovaskuler juga terjadi perubahan baik
perubahan struktural maupun fungsional jantung seperti menurunnya elastisitas
dinding aorta, menebalnya katub jantung, menurunnya kemampuan jantung untuk
memompa darah dan hilangnya elastisitas pembuluh darah. Perubahan-perubahan
tersebut merupakan penyebab terjadinya hipertensi. Yang bila tidak mendapatkan penanganan
khusus akan menjadi penyebab timbulnya stroke bahkan kematian.
Menurut data statistik
sekitar 17.5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler pada tahun
2005, diantara 17.5 juta ini tercatat 7.6 juta karena penyakit jantung koroner
dan 5.7 juta karena stroke dan hipertensi merupakan faktor resiko yang paling
banyak menyebabkan kematian akibat penyakit kardiovaskuler
(gojiindonesia.wordpress.com)
Hipertensi terus meningkat terutama pada golongan usia
lanjut, Di Indonesia mencapai 17-21% penderita. Menurut data statistik di
peroleh di Provinsi Sulawesi utara tercatat 36,6% - 47,7% lansia dengan
hipertensi.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow
yang menderita hipertensi pada lansia menunjukan pada tahun 2009 sebanyak 4.952
jiwa dan 3000 jiwa adalah penderita lansia. Sedangkan di wilayah puskesmas
mopuya pada tahun 2009 terdapat lansia dengan hipertensi sebanyak 212 jiwa dari
jumlah lansia keseluruhan 468 jiwa.
Dengan melihat kenyataan yang
terjadi dan bagaimana yang telah dijelaskan diatas, maka penulis termotifasi
untuk menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “asuhan keperawatan gerontik
pada Tn.w dengan hipertensi di desa Dondomon wilayah Puskesmas mopuya
Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow”.
B. Batasan masalah
Dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, penulis membatasi masalah pada penerapan asuhan keperawatan
gerontik pada Tn.w dengan hipertensi di desa Dondoman wilayah Puskesmas Mopuya.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada lansia Tn.W dengan hipertensi di desa Dondomon wilayah
Puskesmas Mopuya.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ini di harapkan
penulis dapat:
a. Melakukan
pengkajian pada lansia Tn.W di desa Dondomon dengan hipertensi, di wilayah
untuk mendapatkan data yang lengkap.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada lansia Tn.W di
desa Dondomon dengan hipertensi.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada lansia
Tn. W di desa Dondomon dengan hipertensi.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada
lansia Tn. W di desa Dondomon dengan hipertensi.
e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada lansia
Tn. W di desa Dondomon dengan hipertensi.
f. Mengetahui kesenjangan antara teori dan
kasus.
g. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor
penghambat.
D. Manfaat penelitian
1. Pendidikan
Sebagai referensi/literatur ilmiah bagi rekan – rekan
mahasiswa.
2. Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi
puskesmas Mopuya untuk dapat di jadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan
program peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
3. Pasien dan keluarga
Dapat memperoleh pengetahuan
dan kemampuan dalam megatasi masalah pada lansia dengan hipertensi
4. penulis
Sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III di Akademi Keperawatan
Totabuan Kotamobagu.
E. Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis
Ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data
sebagai berikut.
Metode deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Septiadi, (2007). Metode itu
sebagai berikut:
1. Studi
kasus
Dalam studi kasus ini, penulis melakukan pengumpulan
data yang meliputi:
1.1 pengkajian
data dengan cara wawancara dengan pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik dan
observasi;
1.2 penetapan
diagnosa keperawatan;
1.3 intervensi;
1.4 implementasi;
dan
1.5 evaluasi
dari tindakan keperawatan.
2. Studi
Kepustakaan
Penulis menggunakan beberapa literatur yang ada
kaitanya dengan penulisan karya tulis ilmiah ini.
3. Diskusi
Penulis melakukan diskusi dan konsultasi dengan
pembimbing karya tulis ilmiah, dosen, mahasiswa, dan petugas kesehaan di
puskesmas mopuya
F. Sitematika penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini di susun secara
sistematis yang terdiri dari 5 BAB yaitu:
BAB I pendahuluan
Yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
batasan masalah,tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II tinjauan teoritis
Bab ini menguraikan tentang konsep dasar hipertensi
dan konsep dasar asuhan keperawatan gerontik.
BAB III tinjauan kasus
Yang menguraikan perihal:
Pengkajian kepada pasien, analisa data, diagnosa
keperawatan, imp
lementasi dan evaluasi.
BAB IV pembahasan
Bab ini juga menguraikan tentang pembahasan yaitu
kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V penutup
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN
TEORISTIS
A. Proses menua
Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan lahan - kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(nugroho, 2000).
Proses menua normalnya merupakan suatu proses yang
ringan, ditandai dengan turunnya fungsi secara bertahap tetapi tidak ada
penyakit sama sekali sehingga kesehatan tetap terjaga baik. Sebaliknya proses
menua patologis ditandai dengan kemunduran fungsi organ sejalan dengan umur
tetapi bukan akibat umur tua, melainkan akibat penyakit yang muncul pada umur
tua.
Perubahan - perubahan fisik yang terjadi pada
lanjut usia:
1. Sel
a. Lebih
sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya
b. Berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
2. Sistem persarafan
a. Berat
otak menurun 10-20%, lambat dalam respon untuk bereaksi
b. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran mengecilnya saraf penciuman dan perasa.
3. Sistem pendengaran
a. Membran
timpani menjadi atrofi
b. Pendengaran
bertambah menurun
4. Sistem penglihatan
a. Sfingter
pupil timbul skelorosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang
5. Sistem kardiovaskular
a. Elastisitas
dinding aorta menurun
b. Katup
jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan
jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan
elastisitas pembuluh darah
e. TD
meiningkat di akibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
a. Hipotermia
di akibatkan oleh metabolism yang menurun
b. Keterbatasan
reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem respirasi
a. Otot
– otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
b. O2
pada arteri pada arteri menurun menjadi 75 mmhg co2 pada arteri tidak berganti.
8. Sistem gastrointestinal
a. Rasa
lapar menurun, enzim lambung menurun
b. Peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi
9. Sistem reproduksi
a. Pada
perempuan menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara
b. Pada
laki laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan
berangsur angsur.
10. Sistem genitourinaria
a. Ginjal:
nefron mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,
berat jens urine menurun.
b. Vesika
urinaria: otot otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria
lansia sehingga meningkatnya retensi urin.
11. Sistem endokrin
a. Produksi
dari hamper semua hormone menurun
b. Menurunnya
aktifitas tiroid
12. Sistem integumen
a. Kulit
mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b. Mekanisme
proteksi kulit menurun, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungasinya
13. Sistem musculoskeletal
a. Tulang
kehilangan cairan dan makin rapuh, kifosis
b. Serabut
serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot otot
kram dan menjadi tremor.
B. Konsep dasar penyakit hipertensi
1. Definisi
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmhg. Pada populasi lansia hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastoliknya 90 mmhg (smeltzer).
Hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas:
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih
besar ari 140 mmhg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmhg hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmhg dan tekanan diastoliknya lebih rendah dari 90 mmhg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:
a. Hipertensi
esensial (hipertensi esensial) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi
sekuder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada
orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada:
a. elastisitas
dinding aorta menurun.
b. katup
jantung menebal dan menjadi kaku.
c. kemampuan
jantung untuk memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kemampuan jantung untuk memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, valume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi
akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan
kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan
hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
meninbulkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran
darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir
sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor.
Pada medulla diotak dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk inpuls yang
bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini neuron preganglion melepaskan asetolkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak di
ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang. Mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontirksi. korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respos vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan ke arah ginjal,
penyebabkan pelepasan renin – renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal menyebabkan
peningkatan volume intravascular. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan
gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. tidak
ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkaan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa, hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. gejala
yang lazim
Sering di katakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertansi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien.
Menurut rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa
pasien yang menderita hipertnsi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, dan kesadaran menurun
5. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin/hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan dan dapat mengindikasikan faktor – faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas anemi.
b. Glukosa
Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi). dapat di akibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
c. Kalium
serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
d. Kadar
aldostero urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer
e. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
f. Asam urat
Hiperuresemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
g. Steroid
urin
Kenaikan dapat mengidentifikasikan penyebab hipertensi
seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter
h. Foto
dada
Menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup
pembesaran jantung.
i. CT
scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
j. EKG
Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan.
Gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
6. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program
penanganan bagi setiap penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbilitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah di bawah 140/90 mmhg. Efektifitas setiap program di tentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan
nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium
dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus
dilakukan pada setiap terapi hipertensi. Apabila pendereta hipertensi ringan
berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan diastoliknya
menetap diatas 85 atau 95 mmhg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmhg maka
perlu di mulai terapi obat – obatan.
Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan
pertama: diuretika dan penyekat beta. Apabila dengan hipertensi ringan sudah
terkontrol selama setahun, terapi dapat di turunkan.
7. Anatomi
dan fisiologi jantung
Jantung merupakan organ utama
dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex
dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran
jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat
jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa
periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter
darah. Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada
pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavic.
Pulmonary Valve Fungsi utama jantung adalah memompa
darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung
(miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung juga mempunyai kemampuan
untuk menimmbulkan rangsangan listrik Kedua atrium merupakan
ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang
ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari
ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
Gambar: anatomi jantung
Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk
berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih
banyak darah dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung
diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini keluar
dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan
pericardium. Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding
ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di
kapiler, aliran vena dari ventrikel dibawa melalui vena koroner dan langsung
masuk ke atrium kanan dimana aliran darah vena dari seluruh tubuh akan
bermuara.
Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15-20 mmhg pada arteri pulmonalis.
Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.
Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15-20 mmhg pada arteri pulmonalis.
Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.
Gambar: anatomi jantung
Sirkulasi sistemik mempunyai fungsi khusus sebagai
sumber tekanan yang tinggindan membawa oksigen ke jaringan yang membutuhkan.
Pada kapiler terjadin pertukaran O2 dan CO2 dimana
pada sirkulasi sistemis O2 keluar dan CO2 masuk
dalam kapiler sedangkan pada sirkulasi paru O2 masuk dan CO2 keluar
dari kapiler.
C. Konsep dasar asuhan keperawatan
pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton.
Tanda: Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda: Kenaikan TD (pengukuran serial dari
kenaikan tekanan darah di perlukan untuk menegakkan diagnosis).
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen obat).
Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis; perbedaan denyut seperti: denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis atau brakialis ; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Denyut apical: PMI kemungkinan bergeser dan atau
sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardi, berbagai disritmia.
Bunyi jantung: terdengar S2 pada
dasar; S3 (CHF dini); S4 (pengerasan ventrikel
kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis vulvural.
Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, femoralis,
atau epigastrium (stenosis arteri).
DVJ [distensi vena jugularis] (kongesti vena).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokontriksiperifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokonteriksi).
Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti,
hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
3. Integritas
ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan
kerusakan serebral).
Faktor – faktor stres multipel ( hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya
sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara.
4. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
( seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang di sukai, yang dapat
mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang di goreng, keju, telur,), gula – gula yang berwarna hitam; kandungan
tinggi kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir – akhir ini
(meningkat/menurun).
Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema (mungkin umum dan tertentu); kongesti
vena, DVJ; glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Episode kebas dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Ganagguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksis.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan
orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).
Respons motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan
dan atau refleks tendon dalam.
Perubahan - perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri
koroner/keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
Pernapasan (secara umum berhubungan
dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat).
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan
aktifitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksismal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot
aksesori pernapasan.
Bunyi napas tambahan (krakles/mengi).
Sianosis.
8. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi atau cara berjalan.
Episode parastesia unilateral transian.
Hipotensi postural.
9. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: Faktor - faktor risiko keluarga: hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
Faktor - faktor resiko etnik, seperti orang afrika -
amerika, asia tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormon lain;penggunan
alkohol/obat.
Pertimbangan rencana pemulangan:
DRG menunjukan rerata lamanya di rawat: 4,2 hari.
Bantuan dengan pemantauan diri TD
Perubahan dalam terapi obat
Prioritas keperawatan
1. Mempertahankan
atau meningkatkan fungsi kardiovaskular
2. Mencegah
komplikasi
3. Memberikan
informasi tentang proses/prognosis dan program pengobatan
4. Mendukung
kontrol aktif pasien terhadap kondisi
Tujuan pemulangan
1. TD
dengan batas yang dapat diterima untuk individual
2. Komplikasi
kadiovaskuler dan siatemik dicegah/diminimalkan
3. Proses/prognosis
penyakit dan regimen terapi di pahami
4. Perubahan
yang diperlukan dalam hal gaya hidup/perilaku di lakukan
Diagnosa keperawatan: Curah jantung, penurunan, dan
resiko
tinggi
terhadap
Faktor resiko meliputi: Peningkatan
afterload, vasokontriksi.
Iskemia miokardia
Hipertrofi/rigiditas [kekakuan] ventricular
Kemungkinan di buktikan oleh: [tidak dapat di
teapkan; adanya tanda - tanda dan gejala-gejala yang menetapkan diagnosa
aktual]
Hasil yang di harapkan/kriteria Evaluasi pasien akan:
Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan
TD/beban kerja jantung.
Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat di
terima.
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
dalam rentan normal pasien
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk
evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
|
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler
|
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan
ferifer.
|
Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis
mungkin termati atau terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena
|
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
|
S4 umum terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium). Perkambangan S3 menunjukan
hipertrofi ventrikal dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat
mengidentifikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
|
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa
pegisian kapiler
|
Adanya pucat, dingi, kulit lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung
|
Catat edema umum/tertentu
|
Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan injal
atau vaskuler
|
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas/ keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal.
|
Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;
meningkatkan relaksasi
|
Pertahankan pembatasan aktiifitas, seperti istirahat
di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tampa gangguan; bantu pasien
melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kebutuhan
|
Menurunkan stres dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
|
Lakukan tindakan – tindakan yang nyaman seperti
pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
|
Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan
rangsang simpatis.
|
Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktifitas
pengalihan.
|
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD
|
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol TD
|
Respon terhadap terapi obat ‘ stepped’ ( yang
terdiri atas diuretic, inhibitor simpatis dan vasodilator ) tergantung pada
individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka penting
untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah
|
Kolaborasi
Memberikan obat – obat sesuai indikasi, contoh :
Diuretik tiazid, misalnya: klorotiazid (diuril);
hidroklorotiazid (esidrix/hidro DIURIL); bendroflumentiazid (naturetin).
|
Tiazid mungkin digunakan sendiri atau di campur
dengan obat lain unyuk menurunkanTD pada pasien dengan fungsi ginjal yang
relatif normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen anti hipertensif lain
dengan membatasi retensi cairan
|
Diuretic loop, misalnya furosemid (lasix); asam
etakrinic (edecrin); bumetanid (burmex)
|
Obat ini menghasilka dieresis kuat dengan menghabat
resorpsi natrium dan klorida dan merupakan antihipertensif efektif, khususnya
pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal.
|
Diuretic hemat kalium mis: spironolakton (aldoctone)
;triamterene (dyrenium); amilioride (midamor).
|
Dapat diberikan dalam kombinasi dengan diuretik
tiazid untuk meminimalkan kehilangan kalium
|
Inhibitor simpatis mis: propanolol (inderal);
metoprolol (lopressor); atenolol (tenormin); nadnol (corgarde);
metildopa (aldomet); reserpino (serpasil); klonidin (catapres).
|
Kerja khusus obat ini bervariasi,tetapi secara umum
menurunkan TD,melalui efek kombinasi penurunan tahanan total perifer,
menurunkan curah jantung menghambat aktifitas simpatis, dan menekan
pelepasan renin.
|
Vasodilator, mis: minoksibil (loniten); hidralazin
(apresoline); bloker saluran kalsium, mis: nefedipin (procardia ); verapamil
(canal).
|
Mungkin di perlukan untuk mengobati hipertensi berat
bila kombinasi diuretik dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD.
vasodilatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah koroner
keuntungan sekunder dari terapi vasodilator.
|
Agen - agen antiadrenergik:
|
Bekerja pada pembuluh darah untuk mempertahankan
agar tidak konstriksi.
|
Bloker nuron adrenergik: guanadrel (hyloree);
quanetidin (ismelin); reserpin (serpasil).
|
Menurunkan aktifitas konstriksi arteri dan vena pada
ujung saraf simpatis.
|
Imhibitor adrenergik yang kerja secara sentral:
klonidin; (catapres); guanabens (wytension); metildopa (aldomet).
|
Obat ini meningkatkan rangsang simpatis pusat
vasomotor untuk menurunkan tahanan arteri perifer.
|
Vasodilator kerja langsung: hidralazin (apresoline);
minoksidil; (loniten).
|
Merilekskan otot – otot polos vaskuler.
|
Vasodilator oral yang bekerja langsung : diazoksid (hyperstat);
nitroprusid; (nipride, nitropress).
|
Obat – obat ini di berikan secara intravena untuk
menangani kedaruratan hipertensi
|
Bloker ganglion, mis: guanetidin (ismelin);
trimetapan (arfonad); ACE inhibitor, mis: kaptopril (capoten).
|
Penggunaan inhibitor simpatis tambahan mungkin di
butuhkan (untuk efek kumulatifnya) bila tindakan lain gagal untuk mengontrol
TD dan kerja sama pasien dengan regimen terapeutik telah di tetapkan.
|
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi
|
Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan
respons hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.
|
Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
|
Bila hipertensi berhubungan dengan adanya
feokromositoma, maka pengangkatan tunor akan memperbaiki kondisi.
|
Diagnosa keperawatan: Intoleran aktifitas
Mungkin berhubungan dengan: Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Kemungkinan di buktikan oleh: Laporan verbal tentang
keletihan atau kelemahan
Frekuensi jantung atau respons TD terhadap aktifitas
abnormal
Rasa tidak nyaman saat bergarak atau dispnea
Perubahan - perubahan EKG mencerminkan iskemia;
disritmia
Hasil yang di harapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
berpartisipasi dalam aktifitas yang di inginkan
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang
dapat di ukur .
Menunjukan penurunan dalam tanda - tanda intoleransi
fisiologi.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji respon pasien
terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di
atas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama
/sesudah aktifitas (tekanan siatolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolik
meningkat 20 mmhg; dipsnea atau nyeri dada; keletihan atau kelemahan yang
brlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktifitas,
dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktifitas.
|
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan
energi. mis: menggunakan kursi saat mandi, duduk sat menyisir rambut atau
menyikat gigi, melakukan aktifitas secara perlahan.
|
Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan
energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan
diri bertahap jika dapat di toleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba – tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas.
|
Diagnosa keperawatan: Nyeri, [akut], sakit kepala
Mungkin berhubungan dengan: Peningkatan tekanan
vascular serebral
Kemungkinan dibuktikan oleh: Melaporkan tentang nyeri
berdenyut yang terletak pada region suboksipital, terjadi pada saat
bangun, dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu berdiri.
Segan untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala
menghindari sinar terang dan keributan, mengerutkan kening, mengenggam tangan.
Melaporkan kekakuan leher, pusing penglihatan kabur,mual,muntah.
Hasil yang di harapkan/ kriteri evaluasi pasien akan:
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol.
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Mempertahankan tirah baring selama fase akut
|
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
|
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan
sakit kepala. Mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi,distraksi)
dan aktifitas waktu senggang.
|
Tindakan yang yang menurunkan tekanan vascular
serebral yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
|
Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala. Mis: mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk.
|
Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkn
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
|
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
|
Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.
|
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang
teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah di lakukan
untuk menghentikan perdarahan
|
Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dapat
menganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi
sekresi oral dan mengeringkan membran mukosa.
|
Kolaborasi
Berikan sesuai indikasi; analgesik
|
Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
|
Antiansietas. Mis; lorazepam, (ativan), diazepam
(valium).
|
Dapat mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres.
|
Diagnosa keperawatan: Nutrisi, perubahan, lebih dari
kebutuhan tubuh
Mungkin berhubungan dengan: Masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Pola hidup monoton.
Keyakinan budaya.
Kemungkinan di buktikan oleh: BB 10% - 20% lebih dari
ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
Lipatan kulit trisep lebih besar lebih besar dari 15
mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
Di laporkan atau terobservasi disfungsi pola makan.
Hasil yang di harapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan
kegemukan.
Menunjukan perubahan pola makan (mis: pilihan makanan,
kuantitas, dan sebagainya). mempertahankan berat badan yang diinginkan degan
pemeliharaan ksehatan optimal.
Melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat
secara individual
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung
antara hipertensi dan kegemukan .
|
Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah
tinggi karena disproposi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
|
Bicarakan
pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan
gula sesuai indikasi
|
Kesalahan kebiasaan
makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, mis: stroke, penyakit
ginjal, gagal ginjal, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
intravaskular dan dapat merusak ginjal. Yang lebih memperburuk hipertensi.
|
Tetapkan keinginan pasen menurunkan berat badan
|
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan.bila tidak
maka program sama sekali tidak berhasil.
|
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit.
|
Mengidentifikasi kekuatan /kelemahan dalam program
diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan.
|
Tatapkan rencana penurunan BB yang realistik dengan
pasien, mis: penurunan BB 0,5 kg per minggu
|
Penurunan masukan kalori masukan kalori seseorang
sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/minggu.
Penurunan BB yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot
dan umumnya dengan cara mngubah kebiasaan makan.
|
Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan
sekitar saat makanan dimakan.
|
Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi
yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan
perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
|
Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim,
daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,
jeroan).
|
Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
|
Kolaboratif
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
|
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diit individual.
|
Diagnosa keperawatan: Koping, individual, inefektif
Mungkin berhubungan dengan: Kritis situasional/maturasional
Perubahan hidup beragam.
Relaksasi tidak adekuat.
Sistem pendukung tidak adekuat.
Sedikit atau tak pernah olah raga.
Nutrisi buruk.
Harapan yang tidak terpenuhi.
Kerja berlebihan.
Persepsi tidak realistik.
Metode koping tidak efektif
Kemungkinan dibuktikan oleh: Menyatakan ketidakmampuan
untuk mengatasi atau meminta bantuan.
Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran /kebutuhan
dasar atau pemecahan masalah.
Perilaku merusak terhadap diri sendiri, makan
berlebihan, hilang nafsu makan, merokok/minuman berlebihan, cenderung melakukan
penyalahgunaan alkohol.
Kelemahan/insomnia kronik, ketegagan otot, sering
sakit kepala/leher, kekuatiran/gelisah/cemas/tegangan emosi kronik, depresi.
Hasil yang di harapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekuensinya.
Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan priadi.
Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil
langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan /metode
koping efektif.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, mis: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
|
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
sesorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari hari.
|
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
|
Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin
merupakan indicator marah yang di tekan dan di ketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolik
|
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik
dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
|
Pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama
dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor
|
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri
dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
|
Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri
yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan
kerja sama dalam regimen terapeutik.
|
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan
hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “apakah yang anda lakukan merupakan apa
yang anda inginkan?”
|
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang
ada relative terhadap pandangan pasian tentang apa yang diinginkan.
|
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang
membatalkan tujuan diri/keluarga.
|
Perubahan yang perlu harus di prioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
|
Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar),
mengenai kondisi, rencana pengobatan
Mungkin berhubungan dengan: Kurang pengetahuan/daya
ingat.
Misinterprestasi informasi.
Keterbatasan kognitif.
Menyangkal diagnose.
Kemungkinan di buktikan oleh:
Menyatakan masalah.
Meminta informasi.
Menyatakan miskonsepsi.
Mengikuti instruksitidak akurat; inadekuat kinerja
prosedur.
Perilaku tidak tepat atau eksagregasi, mis;
bermusuhan, agitasi, apatis.
Hasil yang di harapkan/evaluasi criteria pasien akan:
Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan.
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu di perhatikan.
Memperhatikan TD dalam parameter normal
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.
Termasuk orang terdekat.
|
Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa kerena
perasan sejahtera yang sudah lama di nikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatankontinu, maka perubahan
perilaku tidak akan di pertahankan.
|
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan
tentang hipertensi da efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.
|
Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan
TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa
TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatanmeskipun ketika merasa sehat.
|
Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah
“terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
|
Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien
untuk memahami kebutuhab untuk melanjutkan pengobatan.
|
Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor – faktor
risiko kardiovaskuler yang dapat di ubah. Mis: obbesitas, diit tinggi lemak
jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minuman alkohol (lebih
dari 60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stres.
|
Faktor – faktor resiko ini telah menunjukan hubungan
dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
|
Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi
cara di mana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor
– faktor di atas.
|
Faktor – faktor resiko dapat meningkatkan proses
penyakit atau memperburuk gejala. Dengan mengubah pola perilaku yang “
biasa/memberikan rasa aman” dapat sangat menyusahkan. Dukungan petunjuk dan
empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam menyelesaikan tugas ini.
|
Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu
pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
|
Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin,
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontroksi, mengurangi
oksigenasi jaringan, dan meningkatkan beban kerja miokardium.
|
Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen
pengobatan dan mempertahankan perjanjian tingkat lanjut.
|
Kurangnya kerja sama adalah alas an umum kegagalan
terapi antihipertensif. Oleh karenanya evaluasi yang berkelanjutan untuk
kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasilan pengobatan . terapi yang
efektif menurunkan insiden strok, gagal jaunting, gngguan ginjal, dan
kemungkinan miokard infark.
|
Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD
mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan ketajaman manual
serta koordinasi pasien.
|
Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat untuk
memantau TD adalah meyakinkan untuk pasien, karena hasilnya memberikan
penguatan visual/positif akan usaha pasien.
|
Bantu pasien untuk
mengembangkan jadwal yang sederhana, memudahkan untuk minum obat.
|
Dengan
mengnidividualsisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan
kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien dapat memudahkan kerja sama dengan regimen
jangka panjang.
|
Jelaskan tentang
obat yang di resepkan bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang di
perkirakan serta efek yang merugikan, dan idiosinkrasi.
|
Informasi yang
adekuat dan penambahan bahwa efek samping, mis: perubahan suasana hati,
peningkatan BB awal, mulut kering)adalah umum dan sering menghilang dengan
berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan.
|
Diuretik: minum dosis harian (atau dosis lebih
besar) pada pagi hari;
|
Penjadwalan yang meminimalkan berkemih pada malam
hari.
|
Ukur dan catat BB sendiri pada jadwal
|
Indikator utama keefektifan terapi diuretik.
|
Hindari/batasi masukan alkohol
|
Kombonasi efek vasodilatasi alkohol dan efek
penipisan volume dari diuretik sangat meningkatkan resiko hipotensi
ortostatik
|
Beritahu dokter bila tak dapat mentoleransi
makanan/cairan.
|
Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat bila masukan
kurang dan pasien terus minum diuretik
|
Antihipertensi: minum dosis yang di resepkan dengan teratur,
hindari melalaikan dosis, mengubah atau melebihi dosis dan jangan
menghentikan tanpa memberitahu pemberi asuhan kesehatan, bangun dengan
perlahan dari berbaring ke posisi berdiri, duduk untuk beberapa menit sebelum
berdiri, tidur dengan kepala agak di tinggikan.
|
Penghentian obat mendadak menyebabkan rebound
hipertensi yang dapat mengarah pada komplikasi berat.
Ukur penurunan keparahan hipotensi ortostatik yang
berhubungan dengan penggunaan vasodilator dan diuretik.
|
Sarankan untuk sering mengubah posisi, olah raga
kaki saat berbaring.
|
Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat di
timbulkan oleh vasodilator dan duduk /berdiri terlalu lama
|
Rekomendasikan untuk menghindari air panas, ruang
penguapan, dan penggunaan alkohol yang berlebihan.
|
Mencegah vasodolatasi yang tak perlu dengan bahaya
efek samping yaitu pingsan dan hipotensi.
|
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi
perawatan dengan sebelum menggunakan obat – obatan yang di resepkan atau
tidak di resepkan.
|
Tindak kewaspadaan penting dalam pencegahan
interaksi obat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obay yang mengandung
stimulan saraf simpatis dapat meningkatkan TD atau dapat melawan efek
antihipertensif.
|
Instruksikan pasien tentang peningkatan
makanan/cairan tinggi kalium, mis: jeruk, pisang, tomat, kentang, apricot,
kurma, buah ara, kismis, Gatorade, sari buah jeruk, dan minuman yang
mengandung tinggi kalsium, mis: susu rendah lemak, yogurt atau tambahan
kalsium sesuai indikasi.
|
Diuretik dapat menurunkan kadar kalium. Penggantian
diit lebih baik dari pada obat dan semua ini di perlukan untuk memperbaiki
kekurangan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi kalsium 400 –
2000 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolik. Memperbaiki
mineral dapat juga mempengaruhi TD.
|
Riviu tanda - tanda/yang memerlukan pelaporan pada
pemberi asuhan kesehatan, mis: sakit kepala yang terjadi saat bangun,
peningkatan TD tiba - tiba dan terus menerus, nyeri dada/sesak nafas,
frekuensi nadi meningkat/takteratur, peningkatan BB yang signifikan (1 kg/hr
atau 2,5 kg/minggu) atau pembengkakan perifer/abdomen, gangguan penglihatan,
sering perdarahan hidung tak terkontrol, depresi/emosi labil, pusing yang
hebat atau episode pingsan, kelemahan/kram otot, mual/muntah, haus
berlebihan, penurunan libido/impoten.
|
Deteksi dini terjadinya komplikasi, penurunan
efektifitas atau reaksi yang merugikan dari regimen obat memungkinkan untuk
intervensi.
|
Jelaskan rasional regimen diit yang di haruskan
(biasanya diit rendah natrium, lemak jenuh, dan kolesterol).
|
Kelebihan lemak jenuh,kolesterol, natrium, alkohol,
dan kalori telah didefinisikan sebagai risiko nutrisi dalam hipertensi.diit
rendah lemak dan tinggi lemak poli tak jenuh menurunkan TD, kemungkinan
melalui keseimbangan prostaglandin, pada orang – orang normotensif dan
hipertensi.
|
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi sumber masukan natrium, mis: garam meja, makanan bergaram,
daging dan keju olahan, saus, sup kaleng, sayuran, soda kue, baking powder
MSG. tekankan pentingnya membaca label kandungan dan obat yang di jual bebas.
|
Diit rendah garam
selama 2 tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang
atau mengurangi jumlah obat yang di butuhkan.
|
Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan
kafei , mis: kopi, the, cola, coklat.
|
Kafein adalah stimulan jantung dan dapat memberikan
efek merugikan pada fungsi jantung.
|
Tekankan pentingnya perencanaan/penyelesaian periode
istirahat harian.
|
Dengan menyelingi istirahat dan aktifitas akan
meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktifitas.
|
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologi
sendiri terhadap aktifitas, mis: frekuensi nadi, sesak napas. Laporkan
penurunan toleramsi terhadap aktifitas dan hentikan aktifitas yang
menyebabkan nyeri dada sesk napas, pusing, keletihan berat, atau kelemahan
|
Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi
aktifitasnya sendiri penting untuk keamanan dan atau memodifikasi aktifitas
kehidupan se hari hari.
|
Dorong pasien untuk
membuat program olah raga sendiri seperti olah raga aerobik berenang,berjalan.yang
pasien mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometrik.
|
Selain membantu
menurunkan TD, aktifitas aerobik merupakan alat untuk menguatkan sistem
kardiovaskuler. Latihan isometrik dapat meningkatkan kadar katekolamin
serum, akan lebih meningkatkan td.
|
Peragakan penerapan kompres es pada punggung leher
dan tekanan pada sepertiga ujung hidung, dan anjurkan pasien menundukan
kepala kedepan bila terjadi perdarahan hidung.
|
Kapiler nasal dapat rupture sebagai akibat dari tekanan
vaskuler berlebihan. Dingin dan tekanan mengkonstriksikan kapiler, yang
melambatkan perdarahan. Menundukan menurunkan jumlah darah yang tertelan.
|
Berikan informasi tentang sumber – sumber di
masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup. Lakukan
untuk rujukan bila da indikasi.
|
Sumber – sumber di masyarakat seperti yayasan
jantung Indonesia “coronary club” , klinikn berhenti merokok, rehabilitasi
alkohol, program penurunan BB, kelas penanganan stres, dan pelayanan
konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan
perubahan pola hidup.
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada BAB ini penulis akan membahas asuhan keperawatan
pada gerontik dengan hipertensi yang terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Asuhan
keperawatan dilakukan selama 4 hari mulai dari tanggal 20 – 23 Agstus 2009.
A. PENGKAJIAN
Berdasarkan data di puskesmas Mopuya di
dapatkan keterangan bahwa penyakit yang utama pada lansia adalah hiprtensi.
Pada tanggal 20 agustus 2009 penulis mendatangi Tn.W
dalam rangka menerapkan asuhan keperawatan pada Tn.W dengan mesalah hipertensi.
Kemudian penulis menjelaskan maksud dan tujuan penulis
yaitu ingin mendiskusikan dan membantu masalah – masalah kesehatan yang
di alami Tn.W
Dari hasil pengkajian di peroleh sebagai berikut :
1. IDENTITAS
LIEN
Nama
: Tn. W
Umur
: 70 tahun
Alamat rumah
: Dondomon Rt 5 Dusun 3
Pendidian
terakhir : SD
Jenis
kaelamin
: laki – laki
Agama
: Kristen
Status
perkawinan : Kawin
Tanggal pengkajian
: 20 Agustus 2009
2. STATUS
KESEHATAN SAAT INI
Klien mengeluh sakit kepala, nyeri di belakang leher,
gatal - gatal pada bagian perut.
3. RIWAYAT
KESEHATAN
Hipertensi di derita klien sejak 2 tahun lalu, klien
selalu mengalami nyeri kepala, nyeri di rasakan klien terus menerus, nyeri pada
kepala menjalar sampai kebelakang leher, lama dan waktu nyeri tidak menentu.
4. RIWAYAT
KESEHATAN KELUARGA
Istri dan keluarga klien juga menderita hipertensi dan
bahkan kakak kandung meninggal karena hipertensi
5. TINJAUAN
SISTEM
a. Keadaan
umum
Kesadaran
: Compos mentis
Suhu badan
: 36,5
Nadi
: 60x/menit
Tekanan darah :
180/110 mmhg
Pernafasan
:
28x/menit
b. Integumen
Kulit mengkerut, permukaan kulit kasar dan bersisik,
akral dingin.
c. Kepala
Bentuk bulat, alopecia (tidak ada), warna rambut
beruban, tidak ada ketombe.
d. Mata
Pandangan kabur, konjungtiva tidak anemi.
e. Telinga
Fungsi pendengaran menghilang
f. Mulut
dan tenggorokan
Tidak ada sariawan, gigi tanggal 3 buah ( 2 gigi atas
dan 1 gigi bawah ).
g. Leher
Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri tekan.
h. Payudara
Tidak ada kelainan
i. Sistem
pernafasan
Pasien menggunakan pernafasan dada, mengalami
kesulitan bernafas saat melakukan aktifitas lebih.
j. Sistem
kardiovaskular
Meningkatnya tekanan darah 180/110 mmhg
k. Sistem
gastrointestinal
Adanya gigi pasien yang tanggal menyebabkan
pengunyahan makanan tidak baik, nafsu makan baik.
l. Sistem
perkemihan
Pasien mengaku tidak ada masalah dalam BAK, pasien BAK
5-6x/menit
m. Sistem
reproduksi
Pasien mengaku tidak lagi melakukan hubungan seksual
karena istri pasien sudah meninggal.
n. Sistem
muskuloskeletal
Kifosis, pergerakan lambat, tremor, dan kadang
merasakan keram – keram pada otot.
o. Sistem
pernafasan
Daya ingat pasien berkurang, berkurangnya penglihatan,
menghilangnya fungsi pendengaran.
p. Sistem
endokirin
Menurunnya aktifitas tiroid, menurunnya sekresi hormon
kelamin
6. POLA
AKTIFITAS SEHARI - HARI
Kesehariannya klien bekerja sebagai petani, klien
mengaku tidak suka berdiam di rumah, saat melakukan aktifitas klien mengaku
cepat merasa lelah dan sesak nafas.
7. PENGKAJIAN
PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikososial
Klien masih suka berteman dan berkumpul bersama teman
dan keluarga klien, klien tidak suka menyediri.
b. Emosional
Tidak ada masalah emosional (-).
c. Spiritual
Klien mengaku beragam kristen, masih aktif mengikuti
kegiatan ibadah bersama, dan beribadah ke gereja setiap hari minggu.
8. PENGKAJIAN
FUNGSIONAL
Klien termasuk dalam kategori:
A. Klien
mandiri dalam makan, BAK, dan BAB, menggunakan pakaian, pagi ke toilet,
berpindah dan mandi.
9. BARTHEL
INDEKS
NO
|
KRITERIA
|
DENGAN
BANTUAN
|
MANDIRI
|
KETERANGAN
|
1
|
Makan
|
10
|
Frekuensi: 3x sehari
Jenis: nasi, daging, ikan, sayur, dan buah.
|
|
2
|
Minum
|
10
|
Frekuensi:
8x sehari
Jumklah:
|
|
3
|
Berpindah
|
15
|
||
4
|
Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut,
mengosok gigi)
|
10
|
Freuensi : 1x sehari
|
|
5
|
Keluar
masuk toilet (mencuci pakaian,menyekah tubuh,
menyiram)
|
10
|
||
6
|
Mandi
|
15
|
Freuensi: 1x sehari
|
|
7
|
Jalan di permukaan datar
|
5
|
||
8
|
Naik turun tangga
|
10
|
||
9
|
Mengernakan pakaian
|
10
|
||
10
|
BAB
|
10
|
Frekuensi: 1xsehari
Konsistensi: kadang keras adang lembek
|
|
11
|
BAK
|
10
|
Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
|
|
12
|
Olah raga/latihan
|
10
|
Tidak pernah
|
|
13
|
Rekreasi
|
10
|
Tidak pernah
|
KETERANGAN:
Skor 130 = mandiri
10. PENGKAJIAN
STATUS MENTAL
BENAR
|
SALAH
|
NO
|
PERNYATAAN
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Tanggal berapa hari ini ?
Hari apa sekarang ?
Apa nama tempat ini ?
Di mana alamat anda ?
Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
Siapa presiden Indonesia sekarang ?
Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
Siapa nama ibu anda ?
Penguranga berturut – turut dari 20 – 3 dan
seterusnya ?
|
SKOR TOTAL: 3
Interprestasi hasil
Salah 0 – 3 = fungsi intelektual utuh
11. MINI
MENTAL STATUS EXAM (MMSE)
NO.
|
ASPEK KOGNITIF
|
NILAI MAKSIMAL
|
NILAI KLIEN
|
KRITIRIA
|
1
|
Orientasi
|
5
|
3
|
Menyebutkan dengan benar
|
Orientasi
|
5
|
5
|
|
|
Registrasi
|
3
|
3
|
Menyebutkan objek
|
|
Perhatian dan kalkulasi
|
5
|
2
|
Minta klien untuk memulai dari angka 100 kurangi 7
samnpai 5x tingkat
|
|
Mengingat
|
3
|
1
|
|
|
Bahasa
|
9
|
6
|
Tunjukan pada klien sebuah benda dan suruh
menyebutkan
Minta klien mengulang kata “tak ada jika, dan, atau,
tetapi”
Minta klien untuk megikuti perintah “ambil kertas,
lipat 2, dan taruh di lantai”
Berikan klien perintah
Perintahkan klien untuk menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
|
TOTAL NILAI: 20
Interprestasi hasil
18-23 = gangguan
kognitif sedang
GENOGRAM
|
|||
|
|||
Keterangan
--------
= tinggal serumah
Generasi kedua dan pertama keatas tidak dapat di
ketahui, klien dan keluarga mengaku sudah tidak ingat lagi. Orang tua klien
keduanya sudah meninggal karena tua, bukan karena penyakit. Klien bersaudara 10
orang kakak klien meninggal karena hipertensi, istri klien juga meninggal
karena hipertensi. Klien memiliki 6 orang anak, semua masih hidup dan sekarang
ini klien tinngal bersama kedua anak dan cucu – cucunya.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
1.
|
DS : -
DO : - TD : 180/110 mmhg
- Nadi : 60x/mnt
- P : 28x/mnt
- Udema pada ke dua
kaki
|
Elastisitas pembuluh darah menghilang, katup jantung
menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun
Kontraksi jantung menurun
Volume darah keseluruh tubuh menurun
Penurunan curah jantung
|
Resiko terhadap penurunan curah jantung
|
2.
|
DS : - klien mengeluh sakit kepala dan sakit di
belakang leher
DO : - klien terlihat segan untuk
menggerakan kepala
- Klien tamapak
mengkerutkan kening
- Skala nyeri
5. Nyeri sedang
|
Resistensi pembuluh darah perifer meningkat
Tekenen darah meningkat
Tekanan vaskular meningkat
nyeri
|
Nyeri
|
3.
|
DS : klien mengatakan cepat lelah saat beraktifitas,
dan sesak nafas
DO: - klien telihat lemah
- Enggan untuk bergerak
|
Suplai darah kejantung menurun
Gangguan suplai darah keseluruh tubuh
Sel-sel darah dalam tubuh berkurang
Suplai O2 berkurang
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
|
Intoleransi aktifitas
|
4.
|
DS : klien mengatakan gatal-gatal
DO: - kulit tampak bersisik dan kasar
- Adanya lesi dan
alergi pada perut bagian kanan
|
Ketidakmampuan memenuhi personal hygiene
Kurangnya perawatan diri
|
Kurangnya perawatan diri
|
5.
|
DS : klien mengatakan tidak mengerti tentang
penyakitnya
DO : - klien bertanya dan meminta informasi tentang
penyakitnya
- Perilaku tidak
tepat
- Bekerja belebihan
- Pola makan tidak
sesuai
|
Perubahan status kesehatan
Koping tidak efektif
Kurangnya sumberinformasi mengenai penyakit
Kuramg pengetahuan
|
Kurang pengetahuan
|
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Resikko
tinggi terhadap penurunan curah jantung
2. Nyeri
berhububgan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output
4. Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan adanya kelainan fisik
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
C. PERENCANAAN
1. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung
Data subjektif: Klien mengaku cepat merasa lelah dan
sesak nafas saat melakukan aktifitas
Data objektif: DS : -
DO : -TD : 180/110
mmhg
- Nadi : 60x/mnt
- P
: 28x/mnt
- Udema pada kedua kaki
Tujuan umum: Tidak terjadi penurunan curah jantung
setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
Tujuan khusus: Mempertahankan TD dalam rentang yang
dapat di terima, 120/90 - 140/mmhg.
Intervensi
1. Pantau
TD, ukur pada ke dua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat.
Rasional: Perbandingan dari tekanan memeberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
2. Catat
keberadaan, kualitas denyutan dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan
femoralis mungkin terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mecerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
3. Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
Rasional: Adanya pucat dan dingin, kulit lembab dan
masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau
mencerminkan penurunan curah jantung.
4. Catat
udema umum
Rasional: Dapat mengidentifikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal, atau vaskular
5. Tekankan
pembatasan aktifitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi
Rasional: Menurunkan stres dan ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah dan penyakit hipertensi
6. Anjurkan
tidakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
Rasional: Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
menurunkan rangsang simpatis.
7. Kolaborasi
pemberian obat-obatan sesuai yang di indikasikan
Rasional: Untuk menurunkan TD pada klien
2. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral
Data subjektif: Klien mengeluh nyeri kepala dan nyeri
di belakang leher
Data objektif : - klien terlihat segan untuk
menggerakan kepala
- Bangun dari duduk tampak
berhati-hati
- Mengkerutkan kening
Tujuan umum: Nyeri hilang atau bekurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan
Tujuan khusus: Klien
mengungkapkan tidak ada sakit kepala
Intervensi
1. Petahankan
tirah baring selama fase akut
Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Anjurkan
tidakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat leher, posisi nyaman.
Rasional: Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. hilangkan/minimalkan
vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, nisalnya: Mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk.
Rasional: Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. anjurkan
pada keluarga untuk membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
rasional: Pusing dan penglihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala klien juga dapat mengalami episode hipotensi
postural
5. anjurkan
pada orang terdekat untuk pemberian cairan dan makanan lunak.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum
6. kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi: Analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium).
Rasional: Menurunkan nyeri dan mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang di perberat oleh stress.
3. Intoleransi
berhubungan dengan penurunan cardiac output
Data subjektif: Klien mengaku cepat merasa lelah dan
sesak nafas saat melakukan aktifitas
Data objektif: Nadi dan pernapasan meningkat saat
klien beraktifitas
Tujuan umum: Tidak terjadi intoleransi aktifitas
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Tujuan khusus: Menurunkan gejala - gejala
intoleransi aktifitas
Intervensi
1. Berikan
dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi
Rasional: Kemajuan aktifitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba - tiba.
2. Anjurkan
keluarga untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas.
3. Instruksikan
klien tentang penghematan energi misalnya: duduk saat sikat gigi, mandi
menggunakan kursi.
Rasional: Teknik menghemat energi mengurangi
penggunaan energi
4. Kaji
respon klien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/mnt
di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sesudah
aktifitas, dispnea, kelemahan dan pusing.
Rasional: Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktifitas. Bila ada, merupakan
indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.
4. Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
Data subjektif: Klien mengatakan gatal -gatal pada
tubuh bagian perut
Data objektif: -Kulit tampak bersisik
- Adanya lesi dan alergi pada perut
bagian kanan
Tujuan umum: Perawatan diri klien terpenuhi setelah di
lakukan tindakan keperawatan
Tujuan khusus: Mampu melakukan aktifitas perawatan
diri sesuai kemampuan
Intervensi
1. Kaji
kemampuan klien untuk melukukan kebutuhan perawatan diri
Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh klien akan
memerlukan bantuan orang lain dalam kebutuhan perawatan diri
2. Beri
klien waktu untuk mengerjakan aktifitas
Rasional: Melatih kemampuan mandiri klien
3. Anjurkan
orang terdekat untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri
Rasioanal: Membantu memaksimalkan kebutuhan perawatan
diri klien
4. Beri
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang sudah di lakukan klien atas
keberhasilannya
Rasional: Sebagai motifasi untuk diri klien
5. Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Data subjektif: Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakitnya
Data objektif: -klien bertanya dan meminta informasi
tentang penyakitnya
-perilaku tidak tepat
-bekerja berlebihan
-pola makan tidak sesuai
Tujuan umum: Klien terpenuhi dalam informasi tentang
hipertensi setelah di lakukan tindakan keperawatan
Tujuan khusus: Klien mampu mengungkapkan pengetahuan
akan hipertensi
Intervensi
1. Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk keluarga
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa
karena perasaan sejahtera yang sudah lama di nikmati mempengaruhi minat klien/keluarga
untuk mempelajai penyakit
2. Tetapkan
dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung, pembuluh darah, dan otak.
Rasional: Memberikan dasar pemahaman tentang
peningkatan TD, pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala
3. Hindari
mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol” saat menggambarkan TD
klien dalam batas yang diinginkan
Rasional: Pengobatan untuk hipetensi adalah sepanjang
kehidupan maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu klien untuk
melanjutkan pengobatan.
4. Instruksikan
klien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalsium, misalnya:
jeruk, pisang, tomat, kentang, kismis, kurma, sari buah jeruk dan minuman yang
mengandung tinggi kalsium 200-400 mg/hari dapat menurunkan TD sistolik dan
diastolic
Rasional: Diuretik dapat menurunkan kadar kalium,
penggantian diet lebih baik dari pada obat, konsumsi kalsium 200-400 mg/hari
dapat menurunkan TD sistolik dan diastolic
5. Bantu
klien mengidentifikasi sumber masukan cairan misalnya: garam, daging, keju,
saus, soda kue, baking powder
Rasional: Diit rendah garam selama dua tahun mungkin
sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat
yang di butuhkan
6. Dorong
klien untuk menurunkan atau menghilangkan keffein misalnya: kopi, cola, coklat
Rasional: Kaffein adalah stimulant jantung dan dapat
memberikan efek merugikan pada jantung
D. PELAKSANAAN
Diagnosa 1
Tanggal: 21/08/2009
Jam: 09.45
1. Memantau
TD, ukur pada ke dua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat.
2. Mencatat
keberadaan, kualitas denyutan dan perifer
3. Mengamati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
4. Mencatat
udema umum
5. Menekankan
pembatasan aktifitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi
6. Menganjurkan
tidakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
7. Berkolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai yang di indikasikan
Diagnosa II
Tanggal: 21/08/2009
Jam: 10.00
1. Mempertahankan
tirah baring selama fase akut
2. Menganjurkan
tidakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya: kompres
dingin pada dahi, pijat leher, posisi nyaman.
3. Menghilangkan/minimalkan
vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, nisalnya: mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk.
4. Menganjurkan
pada keluarga untuk membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Menganjurkan
pada orang terdekat untuk pemberian cairan dan makanan lunak.
6. Berkolaborasi
untuk pemberian obat sesuai indikasi: analgesik, antiansietas (lorazepam,
ativan, diazepam, valium).
Diagnosa III
Tanggal: 22/08/2009
Jam: 10.15
1. Memberikan
dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi
2. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Menginstruksikan
klien tentang penghematan energi misalnya: duduk saat sikat gigi, mandi
menggunakan kursi.
4. Mengkaji
respon klien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/mnt
di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sesudah
aktifitas, dispnea, kelemahan dan pusing.
Diagnosa IV
Tanggal: 22/08/2009
Jam: 10.30
1. Mengkaji
kemampuan klien untuk melukukan kebutuhan perawatan diri
2. Memberikan
klien waktu untuk mengerjakan aktifitas
3. Menganjurkan
orang terdekat untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri
4. Memberikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang sudah di lakukan klien atas
keberhasilannya
Diagnose V
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 13.00
1. Mengkaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk keluarga
2. Menetapkan
dan menyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung, pembuluh darah, dan otak.
3. Tidak
mengatakan TD “normal” dan menggunakan istilah “terkontrol” saat menggambarkan
TD klien dalam batas yang diinginkan
4. Menginstruksikan
klien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalsium, misalnya:
jeruk, pisang, tomat, kentang, kismis, kurma, sari buah jeruk dan minuman yang
mengandung tinggi kalsium 200-400 mg/hari dapat menurunkan TD sistolik dan
diastolik
5. Membantu
klien mengidentifikasi sumber masukan cairan misalnya: garam, daging, keju,
saus, soda kue, baking powder
6. Mendorong
klien untuk menurunkan atau menghilangkan keffein misalnya: kopi, cola, coklat
E. EVALUASI
Diagnosa I
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 11.10
S: Klien mengatakan lebih baik
O: TD 140/90 mmhg
N 80x/mnt
A: Masalah tertasi
P: Tidak ada
Diagnosa II
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 11.40
S: Klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri di
belakang leher sudah hilang
O: -klien tampak lebih baik
-tekanan darah menurun 130/90 mmhg
A: Masalah teratasi
P: Tidak ada
Diagnosa III
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 12.00
S: Klien mengatakan dapat melakukan aktifitas
O: Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
A: Masalah teratasi
P: Tidak ada
Diagnosa IV
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 12.15
S: Klien mengatakan sudah mampu untuk merawat
diri
O: -klien tampak lebih bersih
-alergi dan lesi dibagian perut kanan atas nampak
mongering
A: Masalah teratasi
P: Tidak ada
Diagnosa V
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 12.30
S: Klien mengatakan mengerti tentang penyakit
yang di derita
O: -menyatakn pemahaman tentang proses penyakit
-dapat mengulangi secara verbal apa yang telah
disampaikan perawat
A: Masalah teratasi
P: Tidak ada
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan waktu
|
diagnosa
|
implementasi
|
evaluasi
|
Tanggal:
21/08/209
Jam: 09.45
|
1
|
1. Memantau TD, ukur
pada ke dua tangan, gunakan manset dan teknik yang tepat.
2. Mencatat
keberadaan, kualitas denyutan dan perifer
3. Mengamati warna
kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler
4. Mencatat udema umum
5. Menekankan
pembatasan aktifitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi
6. Menganjurkan
tidakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
7. Berkolaborasi untuk
pemberian obat-obatan sesuai yang di indikasikan
|
Diagnosa I
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 11.10
S: klien mengatakan lebih baik
O: TD 140/90 mmhg
N 80x/mnt
A: masalah tertasi
P: tidak ada
|
Tanggal:
21/08/2009
Jam: 10.00
|
II
|
1. Mempertahankan
tirah baring selama fase akut
2. Menganjurkan
tidakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres
dingin pada dahi, pijat leher, posisi nyaman.
3. Menghilangkan/minimalkan
vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, nisalnya: mengejan saat
BAB, batuk panjang, membungkuk.
4. Menganjurkan pada
keluarga untuk membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Menganjurkan pada
orang terdekat untuk pemberian cairan dan makanan lunak.
6. Berkolaborasi untuk
pemberian obat sesuai indikasi: analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium).
|
Diagnosa II
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 11.40
S: klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri di
belakang leher sudah hilang
O: -klien tampak lebih baik
-tekanan darah menurun 130/90 mmhg
A: masalah teratasi
P: tidak ada
|
Tanggal:
22/08/2009
Jam: 12.00
|
III
|
1.Memberikan dorongan untuk melakukan
aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
2.Menganjurkan keluarga untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
3.Menginstruksikan klien tentang penghematan energi
misalnya: duduk saat sikat gigi, mandi menggunakan kursi.
4. Mengkaji respon
klien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/mnt di
atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktifitas,
dispnea, kelemahan dan pusing.
|
Diagnosa III
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 12.00
S: klien mengatakan dapat melakukan aktifitas
O:klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
A: masalah teratasi
P: tidak ada
|
Tanggal:
22/08/2009
Jam:12.30
|
IV
|
1. Mengkaji kemampuan
klien untuk melukukan kebutuhan perawatan diri
2. Memberikan klien waktu
untuk mengerjakan aktifitas
3. Menganjurkan orang
terdekat untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri
4. Memberikan umpan
balik yang positif untuk setiap usaha yang sudah di lakukan klien atas
keberhasilannya
|
Diagnosa IV
Tanggal:23/08/2009
Jam: 12.15
S: klien mengatakan sudah mampu untuk merawat diri
O:-klien tampak lebih bersih
-alergi dan lesi dibagian perut kanan atas nampak
mongering
A: masalah teratasi
P: tidak ada
|
Tanggal:
23/08/2009
Jam: 12.30
|
V
|
1. Kaji kesiapan dan
hambatan dalam belajar termasuk keluarga
2. Tetapkan dan
nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung, pembuluh darah, dan otak.
3. Hindari mengatakan
TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol” saat menggambarkan TD klien dalam
batas yang diinginkan
4. Instruksikan klien
tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalsium, misalnya: jeruk,
pisang, tomat, kentang, kismis, kurma, sari buah jeruk dan minuman yang
mengandung tinggi kalsium 200-400 mg/hari dapat menurunkan TD sistolik dan
diastolik
5. Bantu klien
mengidentifikasi sumber masukan cairan misalnya: garam, daging, keju, saus,
soda kue, baking powder
6. Dorong klien untuk
menurunkan atau menghilangkan keffein misalnya: kopi, cola, coklat
|
Diagnosa V
Tanggal: 23/08/2009
Jam: 12.30
S: klien mengatakan mengerti tentang penyakit yang
di derita
O:-menyatakn pemahaman tentang proses penyakit
-dapat mengulangi secara verbal
apa yang telah disampaikan perawat
A: masalah teratasi
P: tidak ada
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan
menguraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek yang di temui dalam
proses keperawatan.
Adapun hal - hal yang akan di bahas adalah:
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Teori mengatakan bahwa
hipertensi adalah kenaikan tekanan darah di mana tekanan sistolik di atas
140 mmhg dan tekanan diastole di atas 90 mmhg . pasien yang mengalami
hipertensi menunjukan gejala seperti: sakit kepala,pusing, lemas, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.
Dalam pengkajian Tn.w di
dapat pengkajian sebagai berikut: Tn.w mengeluh sakit kepala dan nyeri
dibelakang leher, Tn.W mengatakan susah tidur dan gelisah, sesak nafas dalam
melakukan aktifitas. Tn.W mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dalam
keluarga saudara Tn.W juga mengalami hipertensi dan meninggal. Kesehariannya
Tn.W masih bekerja sebagai seorang petani, Tn.W tidak pernah berolahraga, Tn.W
juga tidak membatasi makanan dari daging dan makanan yang dapat meningkatkan
tekanan darah karena Tn.W tidak tahu makanan apa saja yang baik dan tidak baik
untuk boleh di konsumsi.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan
hambatan, Tn.W bersedia menerima penulis dan secara terbuka memberikan
keterangan-keterangan yang di perlukan.
2. Diagnosa
keperawatan
Berdasarkan literatur yang
ada, terdapat 8 diagnosa keperawatan. Adapun kedelapan diagnosa tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventrikuler
2. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Resiko
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah
4. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output
5. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri
6. Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
7. Kecemasan
berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang di derita
pasien
8. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Sedangkan dari
tinjauan kasus, asuhan keperawatan pada pasien Tn.W dapat 5
diagnosa sebagai berikut:
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia
miokard, hipertropi ventrikuler
2. Nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output
4. Kurangnya
perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Dengan demikian dari diagnose keperawatan kasus ditemukan 5 diagnosa
keperawatan sedangka 3 diagnosa yaitu :
1. Resiko
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah;
2. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri; dan
3. Kecemasan
berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang di derita
pasien
Tidak ditemukan karena tidak ada data yang mendukung
adanya diagnosa keperawatan tersebut.
3. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan
adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana
tindakan yang akan di lakukan tehadap pasien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosa yang ada.
Perencanaan pada kasus Tn.W
di buat sesuai dengan teori yang ada. Adapun jenis tindakan yang direncanakan
tehadap Tn.W meliputi: penyuluhan kesehatan, memelihara dan meningkatkan
kesehatan Tn.W serta lebih menekankan pada perubahan Tn.W dari perilaku
yang dapat memperbarat penyakit yang dideritanya.
4. Inplementasi
Inplementasi adalah pengelolaan
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
perencanaan.
Dari diagnosa 1-5 implementasi dapat dilakukan sesuai
dengan intervensi yang ada.
5. Evaluasi
Menurut teori tahap penilaian
atau evaluasi adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dari diagnosa 1-5 setelah di evaluasi masalah dapat
teratasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis
melakukan asuhan keperawatan pada Tn.W dengan masalah hipertensi di Desa
dondomon, dari tanggal 19-23 agustus 2009, penulis akan memberikan kesimpulan
dan saran.
A. KESIMPULAN
Masalah hipertensi pada
lansia merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena jika tidak ada
penanganan dari petugas kesehatan, dapat meningkatkan junlah lansia dengan
hipertensi.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal dan
stroke.
Dari hasil pengkajian ternyata di temukan beberapa
masalah keperawatan pada Tn.w yang memerlukan penaganan dari petugas kesehatan.
Masih adanya kesenjangan antara teori dan praktek .
yaitu pada teori terdapat 8 diagnosa tapi pada teori di temukan 5 diagnosa
keperawatan.
Faktor penunjang dalam melaksanakan asuhan keperawatan
ini adalah adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan
puskesmas serta tersedianya literatur atau landasan teori yang
berhubungan dengan hipertensi.
B. SARAN
1. Untuk
keluarga, selalu memperhatikan masalah – masalah kesehatan yang timbul terutama
pada Tn.w bantu pemenuhan kebutuhan pasien
2. Untuk
pasien, hindari gaya hidup yang dapat memperburuk masalah hipertensi,
seperti: tidak bekerja berlebihan, olah raga, dan menu makanan sesuai
dengan kebutuhan diit hipertensi.
3. Untuk
pihak puskesmas, supaya lebih memperhatikan lansia yang mempunyai masalah
kesehatan dan memberikan motivasi pada pasien
4. untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di wilayah setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar